Salak dengan nama latin Salacca Edulis merupakan buah lokal khas Indonesia. Daerah penghasil Salak terbesar di Indonesia adalah Bali dan Yogyakarta.
Berlimpahnya hasil salak kemudian mendorong ide agar salak bisa dimanfaatkan lebih variatif lagi, maka petani diberi pelatihan olahan salak. Hasilnya, salak bisa dibuat menjadi dodol, selai, sari buah, keripik, manisan bahkan juga wine. Betul sekali, wine. Meskipun awalnya sempat diragukan, belakangan wine salak justru merupakan olahan dari salak yang paling dicari konsumen. Bahkan investor dari luar ingin menanamkan modalnya untuk pengembangan Wine Salak ini.
Wine salak ini dibuat dari buah salak, gula pasir, ragi roti, dan asam nitrat. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut. Pertama-tama, salak dibersihkan kemudian diblender, dicampur dengan air rebusan, lalu disaring. Kemudian, ditambah gula dan direbus sampai mendidih.
Seluruh proses pembuatan Wine Salak memakan waktu satu tahun hingga betul-betul menjadi wine dan menunggu larutan menjadi bening. Selama masa penuaan, larutan disaring dua kali dalam setiap bulan agar endapannya hilang.
Kadar alkohol pada Wine Salak besarnya sekitar 5-10%. Untuk memperolehnya juga tidak sulit, di koperasi desa dan pasar tradisional biasanya selalu tersedia. Harganya 20 ribu rupiah per botol, dengan volume 330 mm.
Kini Wine Salak dikembangkan dengan serius di Yogyakarta di desa Imorejo, Sleman, Yogjakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar